MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN RAJUNGAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN PANGKEP

Authors

  • Adam Adam Penangkapan Ikan, Politani Negeri Pangkep
  • Firman Firman Penangkapan Ikan, Politani Negeri Pangkep
  • Anwar Anwar Penangkapan Ikan, Politani Negeri Pangkep

DOI:

https://doi.org/10.31850/jgt.v5i3.190

Keywords:

model pengelolaan, kepiting rajungan, pendapatan nelayan, destructive fishing

Abstract

Permintaan akan kebutuhan pangan protein rajungan yang sangat tinggi, baik untuk kebutuhan lokal maupun untuk kebutuhan perdagangan regional dan antar negara, menyebabkan eksploitasi penangkapan rajungan pada hampir semua wilayah perairan di Indonesia.  Bahkan di beberapa wilayah perairan tertentu, seperti di perairan pantai Kabupaten Pangkep, telah memperlihatkan ancaman yang serius. Baik terhadap stok sumberdaya rajungan maupun terhadap tingkat pendapatan nelayan yang semakin menurun akibat rendahnya hasil tangkapan yang diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Maksimum Sustainable Yield (MSY) dan Total Allawble Catch (TAC), tekanan eksploitasi setiap alat tangkap rajungan, hubungan jarak daerah penangkapan dari garis pantai dan CPUE. Penelitian ini merupakan penelitian lapang  (experimental fishing) yang menggunakan 3 (tiga) jenis alat penangkap rajungan, yakni bubu lipat, gillnet, dan dogol/cantrang.  Data hasil tangkapan (rajungan) setiap alat dan lokasi penangkapan dikumpulkan dan dicatat jumlah (ekor), berat (gr), lebar karapaks (cm) dan panjang karapaks (cm).  Data statistik sebagai data sekunder berupa produksi tahunan rajungan, produksi rajungan tiap alat tangkap, serta jenis dan jumlah alat tangkap diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Pangkep. Alat tangkap yang digunakan memiliki kesamaan di hampir semua wilayah sentra penghasil rajungan, yaitu bubu, gill net, dan dogol. Jarak dari pantai berpengaruh terhadap ukuran dan berat tubuh rajungan, sehingga sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai upaya penentuan zonasi dalam penangkapan rajungan yang berkelanjutan. Musim puncak penangkapan rajungan pada periode April sampai Juli dan periode Oktober sampai Nopember. Hasil analisis potensi lestari rajungan periode tahun 2010 sampai 2014 di perairan Pangkep diperoleh Emsy sebesar 768,90 trip, Cmsy sebesar 2963,75 ton/tahun sehingga diperoleh TAC sebesar 2371 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan (Fmsy) sudah mencapai 85%. Tingkat pemanfaatan sebesar 85% yang dihasilkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh nelayan rajungan di Kabupaten Pangkep telah berada pada ambang batas maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian terhadap upaya penangkapan rajungan.

References

Dahuri, 2002. Menggali Potensi Kelautan dan Perikanan dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Menuju Bangsa Indonesia yang Maju, Makmur, dan Berkeadilan. Makalah disampaikan pada Acara Temu Akrab CIVA-FPIK. Bogor, 25 Agustus 2002.

Fauzi, A., dan S. Anna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan. Aplikasi Pendekatan RAPFISH. Jurusan Sosek Fakultas Perikanan dan Kelautan FPIK. IPB. Bogor.

Ihsan. 2015. Pemanfaatan Sumberdaya Rajungan (portunus pelagicus) secara Berkelanjutan di Perairan Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi selatan. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Published

27-12-2016

Issue

Section

Articles